Jumat, 09 Maret 2012

MANDAU

  







Kalimantan adalah salah satu dari 5 pulau besar yang ada di Indonesia. Sebenarnya pulau ini tidak hanya merupakan “daerah asal” orang Dayak semata karena di sana ada orang Banjar, Melayu dan beberapa etnis lainnya. Dan, di kalangan orang Dayak sendiri satu dengan lainnya menumbuh-kembangkan kebudayaan tersendiri. Dengan perkataan lain, kebudayaan yang ditumbuh-kembangkan oleh Dayak-Iban tidak sama persis dengan kebudayaan yang ditumbuh-kembangkan Dayak-Punan dan seterusnya. Namun demikian, satu dengan lainnya mengenal atau memiliki senjata khas Dayak yang disebut sebagai mandau. Dalam kehidupan sehari-hari senjata ini tidak lepas dari pemiliknya. Artinya, kemanapun ia pergi mandau selalu dibawanya karena mandau juga berfungsi sebagai simbol seseorang (kehormatan dan jatidiri). Sebagai catatan, dahulu mandau dianggap memiliki unsur magis dan hanya digunakan dalam acara ritual tertentu seperti: perang, pengayauan, perlengkapan tarian adat, dan perlengkapan upacara.









Mandau adalah senjata tradisional masyarakat Melayu Dayak yang hidup di Kalimantan, terutama di daerah Barito. Menurut cerita rakyat, sebutan lengkap senjata ini adalah mandau ambang birang bitang pojo ayun kayau. Pada zaman dahulu senjata mandau selalu dikaitkan dengan tradisi mengayau di kalangan orang Dayak, yakni memenggal kepala musuh, baik dalam peperangan atau lainnya. Tradisi ini akhirnya menjadi suatu kepercayaan masyarakat Dayak bahwa mandau yang sering digunakan untuk mengayau dianggap semakin keramat, sementara pemiliknya dianggap semakin sakti dan status sosialnya semakin tinggi.
Secara resmi, pengayauan tidak ada di Kalimantan, meskipun pemenggalan kepala hutan terisolasi masih ada. Pada zaman dulu, pria akan memanggil roh keberanian (Bali Akang), untuk membantu mereka selama ekspedisi pengayauan. Setelah memenggal kepala musuh, perayaan besar menunggu kepulangan kembali prajurit. Otak korban dikeluarkan melalui lubang hidung secara hati-hati, lalu segar ulu (kepala) ditempatkan di jaring anyaman rotan dan diasapkan di atas api.
tengkorak Kering merupakan bahan sihir yang paling kuat di dunia dan transfusi energi vital. Kepala yang baik dapat menyelamatkan sebuah desa dari wabah, menghasilkan hujan, mengusir roh jahat, atau melipagandakan panen beras. orang Dayak percaya roh seorang pria terus menghuni kepalanya setelah kematian. Dibungkus daun kelapa, sang kepala dikasih makanan dan rokok yang sudah dinyalakan-sehingga roh simati akan memaafkan, melupakan, dan merasa betah di rumah baru mereka. koleksi kepala Baru meningkatkan prestise pemilik dan mengesankan kekasih sebagai pertanda seorang lelaki sudah dewasa.
Pada beberapa suku, kekuasaan kepemilikan kepala meningkat dari waktu ke waktu,tengkorak dihargai dan diturunkan dari generasi ke generasi. pada Suku-suku lain, koleksi kepala yang lama akan lapuk karena usia, sehingga kepala segar selalu diperlukan. Desa tanpa kepala adalah lemah secara spiritualdan menjadi mangsa empuk bagi musuh dan wabah penyakit. Di desa-desa terpencil di Kalimantan, pelancong masih melihat tengkorak-tengkorak lama berserakan.
Namun saat ini, dengan semakin hilangnya tradisi mengayau sejak awal abad ke-20 M, mandau tidak sekeramat dahulu. Mandau sudah menjadi senjata biasa yang tidak hanya difungsikan untuk mengayau, tetapi juga untuk berburu, menebang pohon, menebas dahan dan menggali umbi-umbian.




Sejarah mencatat bahwa mandau yang asli dibuat dari batu gunung yang dilebur secara khusus oleh orang yang ahli, dengan diberi hiasan emas, perak atau tembaga. Senjata ini mirip dengan parang, perbedaannya hanya terletak pada ukiran yang dibuat di bagian bilah yang tumpul. Selain itu, pada bilah ini dibuat pula lubang-lubang yang ditutupi dengan kuningan guna memperindah bilah tersebut. Di sisi lain, kedudukan Mandau hampir sama dengan keris bagi masyarakat Jawa, atau rencong bagi masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam.




Sumber : http://uun-halimah.blogspot.com/2008...ang-dayak.html
3. Struktur Mandau 




1. Bilah Mandau

Bilah mandau terbuat dari lempengan besi yang ditempa hingga berbentuk pipih-panjang seperti parang dan berujung runcing (menyerupai paruh yang bagian atasnya berlekuk datar). Salah satu sisi mata bilahnya diasah tajam, sedangkan sisi lainnya dibiarkan sedikit tebal dan tumpul. Ada beberapa jenis bahan yang dapat digunakan untuk membuat mandau, yaitu: besi montallat, besi matikei, dan besi baja yang diambil dari per mobil, bilah gergaji mesin, cakram kendaraan, dan lain sebagainya. Konon, mandau yang paling baik mutunya adalah yang dibuat dari batu gunung yang dilebur khusus sehingga besinya sangat kuat dan tajam serta hiasannya diberi sentuhan emas, perak, atau tembaga. Mandau jenis ini hanya dibuat oleh orang-orang tertentu.




Pembuatan bilah mandau diawali dengan membuat bara api di dalam sebuah tungku untuk memuaikan besi. Kayu yang digunakan untuk membuat bara api adalah kayu ulin. Jenis kayu ini dipilih karena dapat menghasilkan panas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kayu lainnya. Setelah kayu menjadi bara, maka besi yang akan dijadikan bilah mandau ditaruh diatasnya agar memuai. Kemudian, ditempa dengan menggunakan palu. Penempaan dilakukan secara berulang-ulang hingga mendapatkan bentuk bilah mandau yang diinginkan. Setelah bilah terbentuk, tahap selanjutnya adalah membuat hiasan berupa lekukan dan gerigi pada mata mandau serta lubang-lubang pada bilah mandau. Konon, pada zaman dahulu banyaknya lubang pada sebuah mandau mewakili banyaknya korban yang pernah kena tebas mandau tersebut. Cara membuat hiasan sama dengan cara membuat bilah mandau, yaitu memuaikan dan menempanya dengan palu berulang-ulang hingga mendapatkan bentuk yang diinginkan. Setelah itu, barulah bilah mandau dihaluskan dengan menggunakan gerinda.




2. Gagang (Hulu Mandau)

Gagang (hulu mandau) terbuat dari tanduk rusa yang diukir menyerupai kepala burung. Seluruh permukaan gagangnya diukir dengan berbagai motif seperti: kepala naga, paruh burung, pilin, dan kait. Pada ujung gagang ada pula yang diberi hiasan berupa bulu binatang atau rambut manusia. Bentuk dan ukiran pada gagang mandau ini dapat membedakan tempat asal mandau dibuat, suku, serta status sosial pemiliknya.




3. Sarung Mandau.

Sarung mandau (kumpang) biasanya terbuat dari lempengan kayu tipis. Bagian atas dilapisi tulang berbentuk gelang. Bagian tengah dan bawah dililit dengan anyaman rotan sebagai penguat apitan. Sebagai hiasan, biasanya ditempatkan bulu burung baliang, burung tanyaku, manik-manik dan terkadang juga diselipkan jimat. Selain itu, mandau juga dilengkapi dengan sebilah pisau kecil bersarung kulit yang diikat menempel pada sisi sarung dan tali pinggang dari anyaman rotan.








a. Sebagai Senjata dan Benda Pusaka
Fungsi mandau sebagai senjata sudah tidak diragukan lagi. Bentuk mandau pun mendukung dengan fungsi tersebut. Mandau dapat digunakan secara cepat dan efektif karena bentuk mandau yang tipis dan ramping. Menurut para ahli mandau dari masyarakat Dayak, ketika mandau digunakan oleh orang yang ahli, maka musuh orang tersebut akan sulit menghindar.




Biasanya mandau juga diwariskan secara turun-temurun dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya. Mandau dianggap sebagai benda pusaka yang akan melindungi para pemiliknya serta membawa keberuntungan bagi mereka. Hingga saat ini masih banyak keluarga yang menyimpan mandau sebagai benda pusaka.




b. Sebagai Perlengkapan Kesenian
Selain sebagai senjata, mandau juga berfungsi sebagai peralatan kesenian. Tarian Tayu Manuk yang berasal dari Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan menggunakan mandau sebagai peralatan tari yang mendukung keindahan gerakan tarian ini.




c. Sebagai Perlengkapan Pakaian
Pada umumnya mandau dipakai oleh kaum laki-laki sebagai pelengkap pakaian mereka. Gambaran tersebut muncul dalam patung Dayak. Patung yang diukir dengan motif mandau akan menggambarkan sosok laki-laki yang merupakan lambang alam atas. Sedangkan patung yang ditera dengan motif perisai menggambarkan sosok perempuan yang melambangkan alam bawah.




d. Sebagai Peralatan Upacara
Mandau juga digunakan sebagai peralatan dalam upacara-upacara adat untuk pemotongan pantan. Pemotongan pantan adalah pemotongan kayu yang melintang. Kegiatan tersebut serupa dengan pemotongan pita yang sering dilaksanakan dalam berbagai upacara peresmian sekarang ini. Pemotongan pantan merupakan simbol pemotongan aral, halangan, maupun bala untuk tamu yang datang ke upacara tersebut.




e. Sebagai Alat Kerja
Mandau yang digunakan sebagai peralatan kerja umumnya tidak diberi hiasan dengan hiasan yang berpola rumit. Tajaman mandau yang hanya pada salah satu sisinya memudahkan mandau digunakan sebagai alat kerja. Bentuk mandau tersebut jika diperhatikan dengan seksama hampir menyerupai bentuk belayung. Mandau sebagai alat kerja banyak digunakan oleh masyarakat Suku Bukit, Kalimantan Selatan.




Sumber: http://magistre-sejarah.blogspot.com...si-mandau.html







Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Mandau
Tari Mandau
Bahkan di Kalimantan terdapat tarian tradisional yang menggunakan mandau yang disebut Tari Mandau lhoo 







a. Nilai Magis
Dalam masyarakat Dayak senjata selalu terkait dengan hal-hal yang bersifat magis dan mistik. Begitu pula dengan mandau. Mandau terkait dengan kepercayaan masyarakat tentang makhluk halus. Kepercayaan masyarakat tersebut mulai terlihat pada waktu pembuatan mandau, aksesori yang dipasang pada mandau, dan pandangan masyarakat tentang mandau.




Masyarakat Dayak percaya bahwa mandau mempunyai berbagai tingkat keampuhan dan kesaktian. Pada zaman dahulu mandau hanya dipakai dalam ritual tertentu seperti perang, sebagai perlengkapan tarian adat, dan perlengkapan upacara.




b. Nilai Sosial
Mandau merupakan senjata yang terkait dengan kehidupan sosial masyarakat Dayak yang tinggal di hutan-hutan. Dalam hal ini mandau digunakan sebagai peralatan yang mendukung aktivitas sehari-hari, apakah itu berburu atau membuat barang-barang kerajinan dari kayu. Mandau juga menunjukkan simbol status seseorang. Apakah ia termasuk kalangan ksatria atau dari kalangan orang kebanyakan. Hal ini terlihat dari jumlah lilitan kulit rotan pada kumpang.




c. Nilai Seni
Mandau mengandung nilai seni yang tinggi. Pembuatan mandau membutuhkan keahlian khusus sebagai seorang pembuat barang kerajinan dari besi. Selain itu, ukiran dan motif yang terdapat pada bagian-bagian mandau juga memperlihatkan bahwa mandau merupakan karya seni yang bernilai tinggi. Bentuk motif dan ukiran yang terdapat pada mandau selalu terkait dengan kepercayaan Suku Dayak akan hal-hal magis. Bagian hulu misalnya dapat menyerupai bentuk kepala burung. Bulu burung dan taring binatang buas yang dipasang pada kumpang juga menambah keindahan mandau.




d. Nilai Budaya
Jika dicermati, pembuatan mandau mengandung nilai yang dapat dijadikan acuan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Nilai yang muncul dalam proses pembuatan mandau adalah nilai ketekunan, nilai seni, kesabaran, dan ketelitian. Nilai-nilai tersebut yang membuat mandau menjadi karya seni yang indah. Mandau merupakan salah satu hasil kebudayaan masyarakat yang perlu diperhatikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar